( Request by Widuri @ Jepara)
Tabut adalah sebuah perkakas yang terbuat dari kayu, sudah dikenal di Timur Tengah Purba pada zaman sebelum Musa. Tabut dipakai sebagai tempat penyimpanan dokumen yang mengandung ketentuan-ketentuan perjanjian. Tabut Israel bersifat unik, dilapisi dengan emas sebagai wadah suci yang mudah dibawa.
TABUT PERJANJIAN – ARK OF THE COVENANT-
ארון הברית – ‘ARON HABERIT
Tabut digunakan untuk menyimpan 2 Loh Batu yang berisi 10 Firman. Namun ini bukanlah Loh batu yang merupakan “tulisan” Allah, yang ditulis “dengan jari Allah”. Karena Loh Batu yang asli sudah dicampakkan dan dipecahkan oleh Musa:
Kemudian Musa membuat Loh-loh batu “duplikat”, dipahat dan ditulis oleh Musa.
Loh-loh batu “duplikat” inilah yang ditaruh di dalam Tabut Perjanjian.
Tabut Perjanjian Sebagai Perkakas Tabernakel/ Bait Allah :
(a) Tabut adalah tempat menyimpan kedua Loh Hukum – Dasa Titah (Keluaran 25:16, 21; 40:20; Ulangan 10:1-5); buli-buli berisi manna dan tongkat Harun (Ibrani 9:4-5), dan
(b) Tabut adalah sarana pertemuan di dalam tempat kudus dari mana Tuhan menyatakan kehendak Nya kepada pelayan-Nya (Musa, Keluaran 25:22; 30:35; Harun, Imamat 16:2; Yosua, Yosua 7:6). Jadi tabut melambangkan kehadiran Tuhan yang menuntun umatNya.
Tabut dibuat di Sinai oleh Bezaleel menurut pola yang disampaikan kepada Musa (Keluaran 25: 8 dab). Di dalam tabut itulah disimpan hukum Taurat yang tertulis (Ulangan 31 :9; Yosua 24:26) dan tabut memainkan peranan penting dalam peristiwa penyeberangan Sungai Yordan (Yosua 3-4), peristiwa jatuhnya Yerikho (Yosua 5-6), dan pada upacara mengingat perjanjian di Gunung Ebal (Yosua 8:30 dab).
Dari Gilgal tabut dipindahkan ke Betel (Hakim 2:1 ; 20:27), lalu dibawa ke Silo pada zaman Hakim-hakim (1 Samuel 1:3; 3:3), dan di sana terus hingga dirampas oleh orang Filistin di medan pertempuran di Eben-Haezer (I Samuel 4). Kehadiran tabut di kota-kota Filistin menimbulkan wabah di kota-kota itu, dan keadaan ini terus berlangsung selama 7 bulan. Karena itu orang Filistin mengembalikan tabut itu ke Kiryat- Yearim, dan di sanalah tabut itu tinggal selama 20 tahun (2 Samuel 5: 1-7:2), kecuali mungkin, pindah untuk sementara ke perkemahan Saul dekat Bet-Awen (1 Samuel 14:18; LXX dan TBI membaca ‘efod’, bukan ‘tabut’).
Raja Daud menempatkan tabut di sebuah kemah di Yerusalem (2 Samuel 6) dan tidak mau memindahkannya selama pemberontakan Absalom (2 Samuel 15 :24-29). Dengan upacara kebesaran raja Salomo menempatkan tabut di Bait Suci (I Raja 8:1 dab), dan kembali ditempatkan di tempat kudus sesudah pembaharuan yg dilakukan Yosia (2 Tawarikh 35:3). Yeremia (3:16) menubuatkan suatu zaman tanpa tabut itu. Mungkin tabut itu hilang waktu Yerusalem dibinasakan oleh orang Babel pada tahun 587 sM. Dalam Bait Suci Kedua tidak ada tabut (Josephus, Jewish War 5. 219).
DIMANA SEKARANG TABUT PERJANJIAN ITU?
Loh-loh berisikan Sepuluh Firman itu diletakkan dalam Tabut Perjanjian ( אָרוֹן הָבְרִית – ‘ARON HABERIT) bersama-sama dengan buli-buli emas berisi manna, dan tongkat Harun yang bertunas. Ketika tentara Babilonia menyerang Yerusalem ± tahun 606 sebelum Masehi dan menghancurkan Bait Allah. Ada kemungkinan besar bahwa Tabut itu diambil oleh raja Nebukadnezar dan dihancurkan, tidak ada yang dapat dilacak lagi. Karena sulit memperkirakan bahwa Tabut Perjanjian itu tidak dibawa oleh Nebukadnezar, karena bakal tabrakan dengan ayat di bawah ini.
* 2 Raja-raja 20:17
Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN.
* 2 Raja-raja 24:11-14
24:11 Juga Nebukadnezar, raja Babel, datang menyerang kota itu, sedang orang-orangnya mengepungnya.
24:12 Lalu keluarlah Yoyakhin, raja Yehuda, mendapatkan raja Babel, ia sendiri, ibunya, pegawai-pegawainya, para pembesarnya dan pegawai-pegawai istananya. Raja Babel menangkap dia pada tahun yang kedelapan dari pemerintahannya.
24:13 Ia mengeluarkan dari sana segala barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan istana raja; juga dikeratnya emas dari segala perkakas emas yang dibuat oleh Salomo, raja Israel, di bait TUHAN seperti yang telah difirmankan TUHAN. 24:14 Ia mengangkut seluruh penduduk Yerusalem ke dalam pembuangan, semua panglima dan semua pahlawan yang gagah perkasa, sepuluh ribu orang tawanan, juga semua tukang dan pandai besi; tidak ada yang ditinggalkan kecuali orang-orang lemah dari rakyat negeri.
“TABUT PERJANJIAN” DALAM KITAB WAHYU
Adanya istilah “Tabut Perjanjian” dalam Wahyu 11:19 menimbulkan masalah penafsiran, ada beberapa kalangan Kristen yang masih merasa terikat dengan Hukum Taurat menafsirkan bahwa “Tabut Perjanjian” itu adalah sama dengan “Tabut Perjanjian” pada era Musa dimana di dalam Tabut tersebut terdapat dua loh batu yang berisi 10 Firman. Hal tersebut juga merujuk kepada legenda umat Yahudi (misalnya dalam 2 Makabe 2: 7), tabut perjanjian Allah akan muncul lagi di tengah-tengah umat Israe1.
Namun yang dimaksudkan dalam Kitab Wahyu ini tidak mungkin “tabut” yang sesungguhnya yang dibawa bani Israel ketika di padang gurun (sebagaimana ditandaskan beberapa penafsir); sebab Tabut itu sudah tidak ada, bahkan tidak ada pada zaman Kristus sekalipun. Terlebih lagi kita tahu bahwa umat Kristus ada dibawah Hukum Kristus, bukan dibawah Hukum Taurat yang diperkenalkan Musa. Selanjutnya perlu kita cermati kata yang diterjemahkan “Bait Suci” disini adalah ναος – NAOS, yang artinya “ruang maha kudus”. Bagian yang paling dalam dari Bait Suci. Ketika Kota Kudus turun dari Surga, dikatakan bahwa tidak akan ada Bait Suci disana, sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya (Wahyu 21:22)
Perlu kita ingat bahwa Kitab Wahyu adalah kitab apokaliptik, penuh dengan lambang-lambang. Belum tentu tabut perjanjian yang ada di surga itu benar-benar tabut perjanjian yang dibuat oleh bangsa Israel tempo doeloe.
* Wahyu 11:19
LAI TB, Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
KJV, And the temple of God was opened in heaven, and there was seen in his temple the ark of his testament: and there were lightnings, and voices, and thunderings, and an earthquake, and great hail.
Dalam ayat ini Tabut Perjanjian Allah terlihat. Dalam Perjanjian Lama Tabut Perjanjian melambangkan hadirat Allah di tengah-tengah umat Israel. Tetapi bagi orang-orang fasik, Tabut yang sama itu, yang adalah takhta Allah, menjadi dimbol kemurkaan. Murka ini juga kini sepenuhnya dinyatakan. Karne hal inilah maka “terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es yang lebat” (bandingkan Wahyu 4:5). Jikalau ayat diatas dibaca secara harfiah (bukan symbol). Apakah di surga ada gempa bumi? Bahasa Indonesia menulis “gempa bumi”, Inggris ‘earthquake’, dalam bahasa aslinya ditulis σεισμος – ‘SEISMOS’. Bukan hanya itu saja yang ditulis ada lagi kata αστραπη – ‘ASTRAPÊ’ (“kilat”), φωνη – ‘PHÔNÊ’ (“deru”), βροντη – ‘BRONTÊ’ (“guruh”), dan χαλαζα μεγαλη – ‘KHALAZA MEGALÊ’ (“hujan es lebat”),bandingkan Wahyu 4:5, “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.”
Maka untuk memahami Wahyu 11:19, ingatlah bahwa ini masih sebuah pengelihatan. Sang Rasul tidak melihat sorga itu sendiri, melainkan sebuah lukisan simbolis. Dalam lukisan ini tempat Allah di sorga kini terbuka lebar. Tidak ada lagi yang terselubung/ tersembunyi. “Tabut Perjanjian” itu yang begitu lama tersembunyi dari pemandangan, kini terlihat.
Tabut Perjanjian itu adalah symbol persekutuan yang paling nyata, paling intim, dan paling sempurna antara Allah dan umatNya – suatu persekutuan yang didasarkan pada pendamaian (propisiasi) yang telah dilaksanakan oleh Kristus. Bandingkan tentang tutup pendamaian itu dalam Keluaran 25:22 “Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau …”
Dengan demikian, ketika Tabut ini terlihat, yaitu, sepenuhnya dinyatakan, maka kovenan anugerah (bandingkan Kejadian 17:7) dalam segala kemanisannya direalisasikan dalam hati dan dalam kehidupan anak-anak Allah.
TABUT PERJANJIAN – ARK OF THE COVENANT-
ארון הברית – ‘ARON HABERIT
Tabut digunakan untuk menyimpan 2 Loh Batu yang berisi 10 Firman. Namun ini bukanlah Loh batu yang merupakan “tulisan” Allah, yang ditulis “dengan jari Allah”. Karena Loh Batu yang asli sudah dicampakkan dan dipecahkan oleh Musa:
Kemudian Musa membuat Loh-loh batu “duplikat”, dipahat dan ditulis oleh Musa.
Loh-loh batu “duplikat” inilah yang ditaruh di dalam Tabut Perjanjian.
Tabut Perjanjian Sebagai Perkakas Tabernakel/ Bait Allah :
(a) Tabut adalah tempat menyimpan kedua Loh Hukum – Dasa Titah (Keluaran 25:16, 21; 40:20; Ulangan 10:1-5); buli-buli berisi manna dan tongkat Harun (Ibrani 9:4-5), dan
(b) Tabut adalah sarana pertemuan di dalam tempat kudus dari mana Tuhan menyatakan kehendak Nya kepada pelayan-Nya (Musa, Keluaran 25:22; 30:35; Harun, Imamat 16:2; Yosua, Yosua 7:6). Jadi tabut melambangkan kehadiran Tuhan yang menuntun umatNya.
Tabut dibuat di Sinai oleh Bezaleel menurut pola yang disampaikan kepada Musa (Keluaran 25: 8 dab). Di dalam tabut itulah disimpan hukum Taurat yang tertulis (Ulangan 31 :9; Yosua 24:26) dan tabut memainkan peranan penting dalam peristiwa penyeberangan Sungai Yordan (Yosua 3-4), peristiwa jatuhnya Yerikho (Yosua 5-6), dan pada upacara mengingat perjanjian di Gunung Ebal (Yosua 8:30 dab).
Dari Gilgal tabut dipindahkan ke Betel (Hakim 2:1 ; 20:27), lalu dibawa ke Silo pada zaman Hakim-hakim (1 Samuel 1:3; 3:3), dan di sana terus hingga dirampas oleh orang Filistin di medan pertempuran di Eben-Haezer (I Samuel 4). Kehadiran tabut di kota-kota Filistin menimbulkan wabah di kota-kota itu, dan keadaan ini terus berlangsung selama 7 bulan. Karena itu orang Filistin mengembalikan tabut itu ke Kiryat- Yearim, dan di sanalah tabut itu tinggal selama 20 tahun (2 Samuel 5: 1-7:2), kecuali mungkin, pindah untuk sementara ke perkemahan Saul dekat Bet-Awen (1 Samuel 14:18; LXX dan TBI membaca ‘efod’, bukan ‘tabut’).
Raja Daud menempatkan tabut di sebuah kemah di Yerusalem (2 Samuel 6) dan tidak mau memindahkannya selama pemberontakan Absalom (2 Samuel 15 :24-29). Dengan upacara kebesaran raja Salomo menempatkan tabut di Bait Suci (I Raja 8:1 dab), dan kembali ditempatkan di tempat kudus sesudah pembaharuan yg dilakukan Yosia (2 Tawarikh 35:3). Yeremia (3:16) menubuatkan suatu zaman tanpa tabut itu. Mungkin tabut itu hilang waktu Yerusalem dibinasakan oleh orang Babel pada tahun 587 sM. Dalam Bait Suci Kedua tidak ada tabut (Josephus, Jewish War 5. 219).
DIMANA SEKARANG TABUT PERJANJIAN ITU?
Loh-loh berisikan Sepuluh Firman itu diletakkan dalam Tabut Perjanjian ( אָרוֹן הָבְרִית – ‘ARON HABERIT) bersama-sama dengan buli-buli emas berisi manna, dan tongkat Harun yang bertunas. Ketika tentara Babilonia menyerang Yerusalem ± tahun 606 sebelum Masehi dan menghancurkan Bait Allah. Ada kemungkinan besar bahwa Tabut itu diambil oleh raja Nebukadnezar dan dihancurkan, tidak ada yang dapat dilacak lagi. Karena sulit memperkirakan bahwa Tabut Perjanjian itu tidak dibawa oleh Nebukadnezar, karena bakal tabrakan dengan ayat di bawah ini.
* 2 Raja-raja 20:17
Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN.
* 2 Raja-raja 24:11-14
24:11 Juga Nebukadnezar, raja Babel, datang menyerang kota itu, sedang orang-orangnya mengepungnya.
24:12 Lalu keluarlah Yoyakhin, raja Yehuda, mendapatkan raja Babel, ia sendiri, ibunya, pegawai-pegawainya, para pembesarnya dan pegawai-pegawai istananya. Raja Babel menangkap dia pada tahun yang kedelapan dari pemerintahannya.
24:13 Ia mengeluarkan dari sana segala barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan istana raja; juga dikeratnya emas dari segala perkakas emas yang dibuat oleh Salomo, raja Israel, di bait TUHAN seperti yang telah difirmankan TUHAN. 24:14 Ia mengangkut seluruh penduduk Yerusalem ke dalam pembuangan, semua panglima dan semua pahlawan yang gagah perkasa, sepuluh ribu orang tawanan, juga semua tukang dan pandai besi; tidak ada yang ditinggalkan kecuali orang-orang lemah dari rakyat negeri.
“TABUT PERJANJIAN” DALAM KITAB WAHYU
Adanya istilah “Tabut Perjanjian” dalam Wahyu 11:19 menimbulkan masalah penafsiran, ada beberapa kalangan Kristen yang masih merasa terikat dengan Hukum Taurat menafsirkan bahwa “Tabut Perjanjian” itu adalah sama dengan “Tabut Perjanjian” pada era Musa dimana di dalam Tabut tersebut terdapat dua loh batu yang berisi 10 Firman. Hal tersebut juga merujuk kepada legenda umat Yahudi (misalnya dalam 2 Makabe 2: 7), tabut perjanjian Allah akan muncul lagi di tengah-tengah umat Israe1.
Namun yang dimaksudkan dalam Kitab Wahyu ini tidak mungkin “tabut” yang sesungguhnya yang dibawa bani Israel ketika di padang gurun (sebagaimana ditandaskan beberapa penafsir); sebab Tabut itu sudah tidak ada, bahkan tidak ada pada zaman Kristus sekalipun. Terlebih lagi kita tahu bahwa umat Kristus ada dibawah Hukum Kristus, bukan dibawah Hukum Taurat yang diperkenalkan Musa. Selanjutnya perlu kita cermati kata yang diterjemahkan “Bait Suci” disini adalah ναος – NAOS, yang artinya “ruang maha kudus”. Bagian yang paling dalam dari Bait Suci. Ketika Kota Kudus turun dari Surga, dikatakan bahwa tidak akan ada Bait Suci disana, sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya (Wahyu 21:22)
Perlu kita ingat bahwa Kitab Wahyu adalah kitab apokaliptik, penuh dengan lambang-lambang. Belum tentu tabut perjanjian yang ada di surga itu benar-benar tabut perjanjian yang dibuat oleh bangsa Israel tempo doeloe.
* Wahyu 11:19
LAI TB, Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di surga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
KJV, And the temple of God was opened in heaven, and there was seen in his temple the ark of his testament: and there were lightnings, and voices, and thunderings, and an earthquake, and great hail.
Dalam ayat ini Tabut Perjanjian Allah terlihat. Dalam Perjanjian Lama Tabut Perjanjian melambangkan hadirat Allah di tengah-tengah umat Israel. Tetapi bagi orang-orang fasik, Tabut yang sama itu, yang adalah takhta Allah, menjadi dimbol kemurkaan. Murka ini juga kini sepenuhnya dinyatakan. Karne hal inilah maka “terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es yang lebat” (bandingkan Wahyu 4:5). Jikalau ayat diatas dibaca secara harfiah (bukan symbol). Apakah di surga ada gempa bumi? Bahasa Indonesia menulis “gempa bumi”, Inggris ‘earthquake’, dalam bahasa aslinya ditulis σεισμος – ‘SEISMOS’. Bukan hanya itu saja yang ditulis ada lagi kata αστραπη – ‘ASTRAPÊ’ (“kilat”), φωνη – ‘PHÔNÊ’ (“deru”), βροντη – ‘BRONTÊ’ (“guruh”), dan χαλαζα μεγαλη – ‘KHALAZA MEGALÊ’ (“hujan es lebat”),bandingkan Wahyu 4:5, “Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.”
Maka untuk memahami Wahyu 11:19, ingatlah bahwa ini masih sebuah pengelihatan. Sang Rasul tidak melihat sorga itu sendiri, melainkan sebuah lukisan simbolis. Dalam lukisan ini tempat Allah di sorga kini terbuka lebar. Tidak ada lagi yang terselubung/ tersembunyi. “Tabut Perjanjian” itu yang begitu lama tersembunyi dari pemandangan, kini terlihat.
Tabut Perjanjian itu adalah symbol persekutuan yang paling nyata, paling intim, dan paling sempurna antara Allah dan umatNya – suatu persekutuan yang didasarkan pada pendamaian (propisiasi) yang telah dilaksanakan oleh Kristus. Bandingkan tentang tutup pendamaian itu dalam Keluaran 25:22 “Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau …”
Dengan demikian, ketika Tabut ini terlihat, yaitu, sepenuhnya dinyatakan, maka kovenan anugerah (bandingkan Kejadian 17:7) dalam segala kemanisannya direalisasikan dalam hati dan dalam kehidupan anak-anak Allah.
http://www.oscarutomo.com/2010/03/tabut-perjanjian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar