Sabtu, 14 Mei 2011

ANTARA MENJADI DAN MEMILIKI


Tulisan Jamil Azzani di majalah Garuda Indonesia yang berjudul ”To Be dan To Have” cukup menggelitik pemikiran saya. Melihat judulnya saya langsung membacanya. Menurut pak Jamil, to be berarti berharap untuk menjadi seseorang, yang lebih bersangkut paut dengan proses memaksimalkan talenta hidup, sedangkan to have adalah keinginan untuk memiliki. Untuk menjadi orang sukses dan menemukan makna hidup, kita harus menjadikan to be sebagai pengarah hidup kita. Karena hidup yang digerakan oleh to have atau keinginan memiliki bisa menyengsarakan.

Itulah sebabnya Sang Guru Agung pernah mengatakan bahwa kita ini dipanggil untuk menjadi garam dan terang bukan memiliki garam dan terang. Kebenaran ini punya konsekwensi yang sangat berpengaruh terhadap cara hidup dan penemuan makna hidup. orang yang hidupnya digerakan oleh keinginan memiliki bisa terperangkap dalam jerat keserakahan. Tidak heran jika Alkitab mengatakan “Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.” (Amsal 28:20).

Kepercayaan tidak bisa dibeli atau didapatkan dengan kilat. Dalam istilah bahasa asingnya berbunyi ”you need to earn your trust” untuk mendapatkan kepercayaan kita harus menjadi (to be) orang yang bisa dipercaya. Nabi Soleman mengatakan bahwa setelah kita bisa dipercaya, kepercayaan itu bisa membuat kita memiliki (to have).
Sumadi sudah lama ingin cepat kaya. Setiap kali melihat kawan kawannya yang bisa membangun rumah atau membeli mobil, hatinya jadi tidak tenang. Tidak sedikit situs internet yang dukunjungi khusunya yang berkaitan dengan ”kiat mudah menjadi jutawan”. Belakangan ini dia juga sering ikut seminar ”kebebasan financial”. Namun sayang ia tetap menjadi pemuda miskin di kampungnya.

Niat mengubah nasib telah membawanya ke kota Denpasar. Di kota inilah dia berkenalan dengan bandar Narkoba yang menjerumuskan dia ke hotel prodeo alias penjara Kerobokan. Sumadi tinggal di Hotel prodeo bertahun tahun. Memang untuk sesaat ia menjadi jutawan karena sehari omset penjualannya bisa mencapai tiga juta. Namun akhir hidupnya justru hancur lebur.

Lain Sumadi, lain pula dengan almarhum Mbah surip. Konon menurut sahabatnya Anton Baret, mbah Surip adalah seorang artis yang idialis, sederhara, bersahaja dan tetap bersemangat. Meskipun menjadi seniman jalanan, pelantun lagu Tak Gendong itu tidak pernah tersentuh oleh narkoba atau minuman keras. Menjadi orang yang bersemangat, tekun dan sederhana itulah yang telah mengantarnya menjadi artis ngetop untuk beberapa saat. Maka rekjekipun datang mengikuti dirinya. Kata media, dari lagu Tak Gendong, ia mendapatkan royalti sampai 4,5 milyar. Kisah almarhum mbah Surip meneguhkan kebenaran tentang pentingnya memiliki hidup yang digerakan oleh to be atau menjadi dan bukan to have.

“Ya Tuhan jadikanlah aku hamba yang taat dan setia sehingga aku bisa menjadi terang di tengah kegelapan. Buatlah hidupku berarti sehingga aku bisa memberi makna kepada mereka yang sedang mencarinya. Jadikanlah aku saluran berkat, kesembuhan, keselamatan dan pemulihan hidup. Amien”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar